MEJAN PAKPAK
|
Gambar salah satu mejan Pakpak |
Pendahuluan
Mejan merupakan peninggalan purbakala (artefak) yang ditemukan di Tanah Pakpak berupa patung pahatan dari batu. Patung-patung atau mejan ini adalah sosok manusia yang menunggangi hewan seperti gajah, kuda, atau harimau.Mejan merupakan simbol kebanggaan dan ketenaran bagi masyarakat Pakpak, karena arca-arca tersebut konon mengandung unsur mistis tersendiri. Selain mengandung nilai budaya yang tinggi, meja ini juga merupakan simbol kebesaran marga Pakpak atau masyarakat Pakpak.Secara khusus, masyarakat Pakpak menganggap mejan sebagai simbol kepahlawanan. Sebutan pematung yang menciptakan mejan ini disebut Pertaki dan tentunya mereka adalah pemilik patung mejan sekaligus pengrajin mejan tersebut.
Dahulu kala, mejan ini memakan waktu yang cukup lama dan mahal untuk dibuat, menariknya pembuatan mejan menggunakan mantra khusus untuk mengisinya dengan roh, pengisian roh ke dalam mejan tersebut disebut oleh orang Pakpak dengan istilah Nangguru. Apalagi pembuatan meja ini tidak sembarangan, karena dalam proses pembuatannya harus mengikuti banyak ritual seperti syarat-syarat yang harus dipenuhi agar meja tersebut memiliki kekuatan mistik.
Penemuan dan Penelitian Terhadap Keberadaan Mejan
Patung Mejan yang masih ada ditemukan sekarang ini di Tanoh Pakpak, diperkirakan berumur 400–900 tahun. Untuk mengkaji tersebut dilakukan sebuah penelitian khusus.Penelitian ini dilakukan oleh Balai Arkeologi Sumatera Utara yang didanai oleh UNESCO pada tahun 2009. Menurut hasil penelitian para arkeolog yang melakukan penelitian di Tanoh Pakpak, keberadaan meja tidak terlepas dari pengaruh agama Hindu yang identik terhadap budaya seni pahatnya.
Ukiran seperti gajah dan angsa adalah hasil kontak mereka dengan imigran dari India, karena kedua hewan tersebut tidak endemik pada saat itu.Patung-patung seperti gajah dan angsa adalah hasil kontak mereka dengan pendatang dari India, karena kedua hewan ini tidak endemik pada saat itu.Meja masih banyak ditemukan di kawasan Tanoh Pakpak, meski kondisinya sangat memprihatinkan, kurang terawat, tua, tidak utuh dan hilang ditelan masyarakat.
Setidaknya di daerah seperti Tungtung Batu, Berampu, Bangun, Sumbul Pegagan, Tinada, Kerajaan, Kuta Nangka, Kuta Deleng, Kuta Kersik, Penanggalen, Lebuh Simangun, Lebuh Nusa, Ronding, Sibande, dan Kaban Tengah mejan ini masih ada sampai sekarang. Diluar Dairi dan Pakpak Bharat ada juga di daerah Parlilitan, Humbang Hasundutan, yaitu di daerah Komi, yang dimiliki oleh marga Tumangger Komi.
Mejan Sebagai Lambang Popularitas
Dulu kala, setelah selesai pembuatan mejan, arca ini ditempatkan di gapura desa sebagai penawar bala bantuan sekaligus untuk menandai kewibawaan marga sebagai pemegang Kuta yang dikenal dengan situkak rube (pembuat kuta).Tanda meja kekuatan (mistis) yang diisi oleh Nangguru di sisi perut meja tertutup.
Dan jika sebuah meja ditemukan dengan perut terbuka, itu berarti meja tersebut polos dan tidak berisi apa-apa.Biasanya mejan sederhana ini adalah meja suvenir (koleksi) dari Pertaki kaya raya. Sehingga dengan begitu ternyata mejan juga sangat melambangkan kepemimpinan, karena meja dibuat menyerupai chef/pertaki yang membuatnya. Ia dikagumi dan diabadikan karena memiliki ciri ketegasan, stabilitas, kekayaan, dan popularitas.
Mejan Sebagai Simbol Kebudayaan Pakpak
Dengan banyaknya mejan yang masih menjadi milik lebbuh (marga) di Tanoh Pakpak menunjukkan bahwa Mejan merupakan bentuk dan simbol kebudayaan yang sangat berharga dan signifikan dalam konteks budaya dan adat istiadat di Tanoh Suku Pakpak.
Keberadaan Mejan sebagai artefak yang bertahan hingga hari ini di seluruh Tanoh Pakpak, merupakan simbol dan bentuk budaya peradaban yang paling terlihat dan puncak budaya Pakpak, merupakan tanda yang menunjukkan bahwa Tanoh Pakpak dan orang Pakpak adalah bangsa yang maju dan masyarakat beradab. pada saat ini.
Fungsi Mejan
Menurut fungsinya Mejan dapat dibagi dalam tiga fungsi, yaitu:
1. Mejan PENGULUBALANG yaitu mejan yang berfungsi sebagai Pertahanan/ Pelindung Kuta, tugasnya adalah untuk menjaga kampung dari gangguan dari luar, sekaligus panglima yang bertugas melawan musuh. Mejan ini berisi roh yang disebut dengan Si Biangsa.
2. Mejan NANGGURU adalah mejan utama yang berfungsi dan melambangkan kininduma dan kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan. Mejan seperti inilah yang berisi roh leluhur, yaitu roh yang memberikan arahan, nasehat juga ilmu pengetahuan dan cara-cara untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir hama.
3. Mejan SOUVENIR yaitu mejan yang berfungsi sebagai benda koleksi pribadi yang berharga sangat mahal, dan memiliki fungsi prestise. Mejan ini biasanya adalah koleksi pribadi yang dibuat dan dimiliki hanya oleh orang kaya seperti Pertaki dan orang orang kaya lainnya di lebbuh, karena harganya sangat mahal dan pembuatannya cukup lama.
Patung Angsa dan Mejan
Selain mejan ada banyak patung angsa yang ditemukan di kompleks-kompleks mejan. Patung angsa tersebut biasanya berfungsi sebagai tutup batu pertulanen. Dalam budaya lama, angsa dianggap sebagai kendaraan arwah menuju alam keabadian, itulah sebabnya patung angsa berhubungan dengan lepasnya arwah ketika dilakukan upacara pembakaran mayat dan abunya disimpan di dalam batu berbentuk silinder di bawah perut angsa yang sedang berdiri.
Seperti yang sudah disebutkan bahwa di dalam kompleks mejan, biasanya ada tiga mejan yang ditemukan, yaitu mejan Nangguru, Mejan Hulubalang dua buah yang mengapit mejan Nangguru. Kemudian patung keempat berbentuk angsa, dengan panjang: 30 cm, lebar: 25 cm, tinggi: 53 cm. Patung ini digambarkan dalam posisi berdiri pada suatu batu, kedua sayap terkatup rapat pada badannya. Sayang, saat ini kebanyakan bagian leher dan kepala angsa telah hilang.
Angsa bukanlah binatang endemik di Kepulauan Nusantara, populasinya yang asli tersebar di daerah subtropis bagian utara dan selatan. Spesies angsa yang ditemukan di bumi bagian utara mempunyai bulu menyeluruh berwarna putih, kontras dengan spesies angsa di bumi bagian selatan yang memiliki bulu berwarna hitam dan putih. Hal ini berarti angsa diperkenalkan atau dibawa ke Kepulauan Nusantara seiring terjadinya kontak budaya antara penduduk pribumi Nusantara dengan para pendatang dari daratan Asia seperti Cina atau India.
Dikenalnya angsa oleh orang-orang Pakpak di masa lalu sebagaimana terwujud dalam bentuk patung adalah hasil kontak mereka dengan para pendatang dari India yang beragama Hindu atau Buddha. Dalam ikonografi Hindu angsa adalah wahana (tunggangan) dari salah satu Dewi Trimurti yakni Brahma, Sang Pencipta alam semesta sedangkan dalam ikonografi Buddha angsa adalah tunggangan Saraswati, Sang Dewi ilmu pengetahuan.
Keberadaan patung angsa sebagai tutup bagi wadah abu dan sisa-sisa tulang jenazah (batu pertulanen) dapat dikaitkan dengan konsep dalam Hindu bahwa Brahma adalah Sang Pencipta. Angsa sebagai wahana Brahma dapat dianggap sebagai simbol pelepasan mendiang - yang sisa-sisa jasadnya tersimpan di batu pertulanen – menuju Sang Pencipta.
Hal Lainnya Tentang Mejan
- Mejan terbuat dari batu lae (batu kali), yang diukir oleh tangan tangan trampil yaitu oleh Pertaki. Pertaki sebagai pemimpin memiliki keahlian memahat, juga berkomunikasi dengan roh leluhur yang akan mendiami Mejan tersebut.
- Mejan yang sempurna adalah mejan yang mampu bersuara dan mampu memberikan pesan serta petunjuk kepada pertaki tentang apa yang akan terjadi di masyarakat. Mejan yang bersuara diyakini berasal dari Nangguru yang berdiam di dalam batu mejan tersebut, yang sedang menyampaikan pesan kepada keturunannya.
- Nangguru yang tinggal di batu Mejan dipercaya adalah roh nenek moyang serta leluhur suci Pakpak. Disitulah letak sifat mistik mejan karena dia bukan hanya patung berukir biasa, tetapi tempat tinggal para leluhur.
- Selain mejan dalam bentuk manusia menunggang binatang, disekitar mejan juga akan dijumpai Batu Pertulanen, yaitu batu pipih lonjong yang memiliki lubang di tengahnya, tempat penyimpanan abu pembakaran jenazah.
- Tidak ketinggalan juga di kompleks mejan yang lengkap, biasanya ditemukan patung angsa. Patung angsa ini dipercaya sebagai lambang kenderaan arwah menuju surga/nirwana.
- Pada zaman dahulu Empung Pakpak bila meninggal dunia tidak dikuburkan di dalam tanah, akan tetapi di taruh di atas rumah dengan diawetkan dengan kapur barus. Lalu setelah satu atau dua tahun berikutnya kemudian jenazah tersebut diupacarai yaitu upacara menutung tulan (pembakaran tulang-belulang) lalu abunya dimasukkan ke dalam batu pertulanen di lokasi Mejan.
Nama dan Lokasi Keberadaan Mejan Saat Ini di Pakpak Bharat
Menurut data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pakpak Bharat bahwa mejan tersebut ada di daerah sebagai berikut :
- Mejan Berutu Kuta Ujung dan Mejan Kesogihen di Pardomuan,
- Mejan Berutu Ulu Merah dan Mejan Berutu Tandak di Ulu Merah,
- Mejan Berutu Kuta Kersik dan Mejan Marga Sinamo di Silimakuta,
- Mejan Bancin Penanggalen Jehe di Boang,
- Mejan Boangmanalu di Boangmanalu,
- Mejan Manik Arituntun dan Mejan Manik Aornakan Tao di Aornakan,
- Mejan Manik Lagan dan Mejan Manik Gaman serta Mejan Gajah di Simerpara,
- Mejan Manik Kecupak di Kecupak I,
- Mejan Sanggar dan Mejan Pandua di Pagindar,
- Mejan Marga Sinamo Santar Julu di Perongil,
- Mejan Padang di Jambu,
- Mejan Padang Kuta Babo di Kuta Babo,
- Mejan Solin Lae Meang di Mahala,
- Mejan Solin Tamba di Majanggut II,
- Mejan Solin Kuta Delleng dan Mejan Tinendung di Sukarame.
Lias Ate
Njuah-njuah banta karina