Budaya:Baju Adat Suku Pakpak

Baju Adat Pakpak

Baju adat Suku Pakpak

Fashion adalah jenis budaya yang terpisah, memainkan peran yang sangat penting dan vital dalam mengekspresikan identitas dan identitas suatu kelompok etnis. Suku Pakpak memiliki pakaian dan menjadi unsur budaya yang sangat menggambarkan identitas, tradisi dan karakter masyarakat Pakpak. Pakaian tersebut disebut pakaian Merapi. Merapi-api artinya berkilau, bersinar dan bercahaya. Pada zaman dahulu, payet terbuat dari benang emas yang menghiasi ujungnya dan seluruh pakaian dan perhiasan emas disebut borgot (rantai emas yang dirancang khusus) untuk pria dan cimata (kalung atau kalung leppaleppa), choker, kancing cingko (3 buah bulat) dan juga kerabu (anting-anting besar dan panjang) yang digunakan dalam acara-acara adat dalam tradisi Pakpak.

BUSANA DAN PERLENGKAPAN PAKAIAN ADAT PAKPAK

A. Pakaian Adat Pakpak Untuk Pria

1. BAJU MERAPI-API
Baju model melayu leher bulat berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan manik-manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan lebih disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Ada beberapa variasi lain yang melekat dan pada leher dan ujung lengan terdapat warna merah putih.
2. BULANG-BULANG
Bulang-bulang Adalah penutup kepala, sebuah lambang kehormatan dan kewibawaan, dibetuk sedemikian rupa dari bahan oles perbunga mbacang.
3. CELANA PANJANG
Celana panjang berwarna hitam, sama dengan kemeja pada ujungnya juga terdapat variasi warna merah dan putih. Ukurannya umumnya tidak sampai menyentuh ujung kaki melainkan berada pada posisi tanggung, seperti celana yang biasa digunakan oleh atlit silat atau karate.
4. SARUNG (OLES SIDOSDOS)
Celana panjang hitam kemudia ditutupi oleh oles sidosdos secara melingkar dengan ujung yang terbuka didepan.
5. BORGOT
Kalung yang terbuat dari emas, baik emas murni atau perak dilapisi emas. Sangat tergantung pada kemampuan ekonomi pemilik atau penggunanya. Rangkaian emas yang diikat dengan benang Sitellu rupa dan diujungnya terdapat mata kalung bergambar kepala kerbau. Rangkaiannya terdiri dari 32 keping.
6. SABE-SABE
Oles Polang-polang atau pada pemakai yang punya keberadaan lebih tinggi oles Gobar, diletakkan pada bahu sebelah kanan terurai dari belakang hingga kedepan. Oles dilipat dan disesuaikan dengan corak oles.
7. REMPU RIAR
Sejenis pisau yang dibungkus dengan sarung yang diliti atau dilapisi emas atau perak (riar=uang jaman dahulu). Diselipkan di pinggang melalui rante abak.
8. RANTE ABAK
Ikat pinggang dan dahulu terbuat dari perak, tetapi lazim pula menggunakan oles diikat untuk memperkuat posisi sarung oles sidosdos dan memperindah penampilan, serta menggambarkan pula kewibawaan dan keberadaan penggunanya.
9. UCANG
Anyaman daun pandan (legging) berbentuk tas dihiasi dengan manik-manik dengan tali terbuat dari kain berwarna merah. Bisa dilatakkan pada bahu sebelah kiri namun sesekali juga dipegang oleh pemakai.
10. TONGKET
Tongkat yang sering juga dinamai tongket balekat, terbuat dari kayu berkwalitas tinggi, pada kepala dan batangnya terukir dengan gerga pakpak. Beberapa bukunya diikat dengan bahan emas, perak, atau loyang.

B. Pakaian Adat Pakpak Untuk Wanita

1. BAJU MERAPI-API
Baju model leher segitiga berwarna hitam yang dibubuhi atau dihiasi dengan manik-manik (Api-api). Jenis kain yang umum digunakan sejenis beludru namun belakangan lebih disesuaikan dengan model dan jenis kain terbaru. Berbeda dengan pria variasi warna merah putih tidak ditemukan, namun disekitar lengan atas terdapat manik-manik dengan gambar terlihat seperti kepala kerbau. Demikian juga pada ujung lengan. Kancing yang digunakan pada kemeja ini berbentuk bulat melingkat berlobang dengan ukuran jari-jari 3 Cm
2. SARUNG (OLES PERDABAITAK)
Hampir sama dengan Pria, oles perdabaitak dililit pada pinnggang secara melingkar.
3. SAONG
Tutup kepala yang dibentuk sedemikian rupa dengan oles silima takal. Pada wanita muda dibentuk lonjong dengan sudut runcing kebelakang, dengan rambu yang terurai di dahi. Namun pada usia dewasa bentuknya lebih sederhana dengan rambu terurai kebelakang.
4. LEPPA-LEPPA
Kalung wanita dengan bentuk dan bahan yang sama dengan pria. Bedanya dengan pria barangkali karena tidak ada mata kalung sebagaimana yang terdapat pada borgot. Jumlah rangkainnya juga berbeda dan cenderung lebih pendek (choker).
5. RANTE ABAK
Ikat pinggang dan dahulu terbuat dari perak, tetapi lazim pula menggunakan oles diikat untuk memperkuat posisi sarung oles sidosdos dan memperindah penampilan, serta menggambarkan pula kewibawaan dan keberadaan penggunanya.
6. RABI MUNDUK
Sejenis Pisau yang terbuat dari besi dengan ujung pisau melingkar kecil keatas, gagangnya (sukul) terbuat dari jenis kayu berkwalitas tinggi, berukir dan ujungnya dililiti emas atau perak.
7. PAPUREN
Sejenis sumpit dari rajutan atau anyaman daun pandan dilapisi dengan api-api (manik-manik). Sama dengan pria sumpit ini juga bertali berwarna merah.
8. CULAPAH
Kotak kecil tempat tembakau dengan bahan yang terbuat dari emas, perak atau loyang berukir sesuai gerga atau ornamen Pakpak yang ada. Ukurannya lebih kurang 6 x 8 cm.
9. KANCING EMMAS
Kancing bulat (berbentuk lingkaran) namun dengan lobang ditengah. Jari-jari lebih kurang 3-4 cm. Terbuat dari emas, perak atau logam yang dilapisi emas. Fungsinya sebagai hiasan, dan menutupi kancing sebenarnya. Artinya umumnya tidak berfungi sebagai kancing dalam artian yang sebenarnya, hanya merupakan assesories semata.
Dari gambaran pakaian adat Pakpak tersebut, terlihat jelas formal namun santun. Ada banyak perangkat yang melekat penuh pada pakaian Pakpak. Tidak dapat disangkal, tentu saja, bahwa bentuk bahan dan gayanya telah berubah berkali-kali dari waktu ke waktu. Perkembangan sandang di tingkat nasional tentunya juga memiliki pengaruh yang kuat. Terutama perkembangan teknologi tekstil. Selain itu, penggunaan pakaian (pakaian adat pakpak) lebih banyak dikaitkan dengan festival (ritual adat) atau pekerjaan, baik perbuatan jahat maupun pekerjaan ritual, sehingga tidak digunakan sehari-hari.


Pakaian ini kemudian dicatat secara kolektif oleh masyarakat Pakpak tentang orang-orang yang menggunakannya sebagai identitas dan identitas mereka serta bagaimana menggunakan ketinggian budaya Pakpak dalam keragaman di negara kesatuan Republik Indonesia.

lias ate
salam njuah-njuah
Oleh: Anna Martyna Sinamo