Bahan Belajar Modul Tracer Experiment (TRE)
Tracer Experiment
Percobaan ini memberikan sebuah gagasan yaitu pengolahan limbah cair menggunakan plug
flow reactor dengan menggunakan waktu tinggal dari material.
Tujuan: Untuk mengihitung waktu tinggal sebenarnya dari suatu plug flow reactor dan
melihat pola aliran di dalam plug flow reactor.
Waktu tinggal reaktor adalah lamanya waktu bahan baku berada didalam reaktor Unsur-unsur
dari suatu material mempunyai jalur yang berbeda-beda dalam melewati reaktor, yang mungkin
membutuhkan lama waktu yang berbeda untuk melewati reaktor. Distribusi dari waktu-waktu
tersebut untuk aliran material meninggalkan reaktor, dinamakan distribusi waktu tinggal (E),
atau biasa disebut dengan Retention Time.
Residence time (waktu tinggal) merupakan suatu konsep yang berguna secara luas untuk
mengungkapkan seberapa cepat sesuatu yang bergerak, melalui suatu sistem dalam
kesetimbangan. Residence time adalah waktu rata-rata untuk menghabiskan suatu zat dalam
ruang wilayah tertentu, seperti reservoir. Misalnya, waktu tinggal air yang disimpan di
dalam tanah, sebagai bagian dari siklus air yaitu sekitar 10.000 tahun. Metode yang umum untuk
menentukan tempat tinggal adalah untuk menghitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk
suatu wilayah ruang, untuk menjadi penuh dengan sesuatu zat
Waktu tinggal,, Waktu yang diperlukan untuk paket udara atau reagen untuk lulus dari pintu
masuk ke keluar dari instrumen. Sering kali ini diperkirakan sebagai rasio dari volume interior
perangkat untuk laju aliran.
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung, baik itu
reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor kimia adalah segala tempat terjadinya
reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran yang besar seperti
reaktor pada skala industri.
Ada dua jenis reaktor secara teoritis yang paling banyak digunakan dalam pereaksian kimia
yang beroperasi dalam keadaan tunak (steady state) yaitu Continous Stirred Tank Reactor
(CSTR) dan Plug Flow Reactor (PFR). Perbedaannya adalah pada dasar asumsi konsentrasi
komponen-komponen yang terlibat dalam reaksi
Tujuan pemilihan reaktor adalah (Smith, 1981) : 1. Mendapat keuntungan yang besar 2. Biaya
produksi rendah 3. Modal kecil/volume reaktor minimum 4. Operasinya sederhana dan murah 5.
Keselamatan kerja terjamin 6. Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya
Pemilihan jenis reaktor dipengaruhi oleh (Smith, 1981) : 1. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi 2.
Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi samping 3. Kapasitas
produksi 4. Harga alat (reaktor) dan biaya instalasinya 5. Kemampuan reaktor untuk
menyediakan luas permukaan yang cukup untuk perpindahan panas
Reaktor tangki berpengaduk (CSTR) adalah jenis reaktor ideal di dalam ilmu teknik kimia
dimana reaktor diasumsikan berjalan pada keadaan steady state dengan aliran reaktan dan produk
secara berkelanjutan.
Plug flow reactor (PFR) merupakan reaktor di mana reaksi kimia berlangsung secara kontinyu
sepanjang sistem aliran. Reaktor alir pipa ini digunakan untuk memperkirakan sifat-sifat reaktor
kimia sehingga variabel kunci reaktor seperti dimensi reaktor bisa dihitung.
Jenis nya : 1). Fixed Bed Reactor berbentuk pipa besar yang didalamnya itu berisi katalisator
padat. Biasanya digunakan untuk reaksi fasa gas dengan katalisator padat. Apabila diperlukan
proses transfer panas yang cukup besar biasanya berbentuk fixed bed multitune, dimana reaktan
bereaksi di dalam tube2 berisi katalisator dan pe,anas/pendingin mengalir di luar tube di dalam
shell.
2). Fluidized Bed Reactor biasanya digunakan untuk reaksi fasa gas katalisator padat
dengan umur katalisator yang sangat pendek sehingga harus cepat diregenerasi. Atau padatan
dalam reactor adalah reaktan yang bereaksi menjadi produk.
3). Reaktor Alir pipa biasanya berupa gas-gas, cair-cair dimana reaksi tidak
menimbulkan panas yang terlalu tinggi. Reaktor memiliki aliran plug flow yang optimal untuk
kecepatan reaksi tetapi cukup sulit untuk alat transfer panasnya.
Pola aliran
Pola aliran adalah salah satu faktor penentu waktu tinggal sebenarnya dari suatu reaktor. Hal ini
dikarenakan pola aliran yang tebentuk menunjukan bagaimana material atau cairan tersebut
terdistribusi di dalam reaktor. Pada dasarnya pola aliran akan mengikuti pola campuran plug
flow dan mixed flow yang disebut aliran non ideal.
Dibagi atas dua yaitu :plug flow dan mixed flow. hal tersebut didasarkan pada kebiasaan yang
berbeda dalam tangki yaitu ukuran reaktor dan bulk density.Ada tiga faktor saling terkait dalam
membentuk menghubungi pola aliran:
1). RTD atau waktu tinggal distribusi bahan yang mengalir di dalam reaktor.
2). Keadaan agregasi dari fluida, apakah bahan tersebut cenderung tertahan pada perlengkapan
pada reaktoratau bergerak tanpa hambatan.
3). Kecepatan dan kelambatan material yang dicampurkan dalam reactor.
stagnant region dan channeling adalah bagian-bagian tertentu yang tidak dijangkau oleh aliran
yang diberikan.
note: Tidak semua molekul menghabiskan waktu yang sama dalam suatu reaktor. Beda waktu
tinggal berarti beda waktu kontak antara 10 sponge dan limbah. Distribusi produk dipengaruhi
oleh RTD.Setiap fluida pasti mengambil rute yang berbeda pada saat mengalir dalam suatu
reaktor yang menyebabkan lamanya waktu fluida tersebut berada pada reaktor.
Praktikum ini menggunakan material tracer dengan menginjeksikan cairan yang mengandung
bahan inert seperti NaCl ke dalam sistem.
note: inert = senyawa atau zat yang tahan terhadap reaksi kimia
1. Konsentrasi tracernya itu dideteksi pakai in line Conducticity Meter, fungsinya untuk
mengukur kemampun daya hantar listrik/nilai konduktivitas listrik suatu larutan ataupun air
dalam suatu perairan.
2. Setelah mendapat datanya dibuat kurva RTD (Recidence Time Distribution)
Note: Residence Time Distribution atau RTD dari reaktor kimia adalah fungsi distribusi
probabilitas yang menggambarkan waktu fluida berada dalam suatu reaktor.
Insinyur kimia menggunakan RTD untuk mengkarakterisasi pencampuran dan fluida yang
mengalir dalam reaktor serta untuk membandingkan perilaku fluida dalam sebuah reaktor
ideal.Hal ini berguna, tidak hanya untuk mengatasi masalah reaktor yang ada, namun dalam
memperkirakan hasil dari suatu reaksi dan merancang reaktor masa depan.
3. Hitung waktu tinggal cairan sebenarnya (Actual Time Distribution)
Ada dua model menganalisa kurva RTD
1 Model dispersi biasanya menggunakan metode stimulus response yang merupakan metode
dengan penginjeksian tracer dalam aliran masuk yang selanjutnya dianalisa konsentrasinya setiap
saat, Waktu yang diperoleh menunjukkan waktu penyebaran tracer yang disebut residence time
distribution.
Bilangan dispersi adalah parameter yang menunjukkan luas dispersi yang mencirikan penyebaran
fluida secara menyeluruh di dalam reaktor, Bilangan dispersi dapat ditentukan dengan merekam
bentuk kurva konsentrasi tracer yang keluar
2. Model Tangki Berseri, sd asd
Persamaan 1 akan digunakan untuk menentukan waktu tinggal cairan aktual di dalam bioreaktor
dengan menggunakan hukum fick dan diasumsi pada kondisi tunak, maka dapat diturunkan
persamaan untuk menganalisis kurva RTD. Persamaan 2 dan 3 digunakan untuk menganalisis
kurva RTD.
Alat dan bahan praktikum
Alat yang digunakandalampercobaaniniadalah:
- Reaktor DHS
Downflow Hanging Sponge (DHS) telah diusulkan sebagai pemecahan persoalan penanganan
limbah domestik untuk negara-negara berkembang. DHS bioreaktor adalah pengolahan limbah
secara biologis yang tidak membutuhkan aerator dan mudah dalam pengoperasian.
- Corning Pinnacle 541 Conductivity Meter
- Magnetic stirrer
- Bucket (keranjang)
- Spons
- GelasBeaker
- Stopwatch
- Modulspons
- Wayer
- Spatula
Bahan yang digunakandalampercobaaniniadalah:
- Air - Garam (NaCl)
ProsedurKerja
Prosedur kerja percobaan tracer experiment adalah sebagai berikut:
1. Susun peralatannya ituu untuk tracer experiment pada plug flow reactor.
2. kita tentukan laju alir pompanya sesuai dengan Retention Time Distribution (RTD) dari
penugasan yang diberikan.
3. Dibuat larutan garam jenuh untuk digunakan sebagai bahan inert dalam reaktor yang
kemudian akan disuntikkan / diinjeksikan ke dalam reactor sebanyak 10 ml.
4. Kita letakkan stirrernya itu pada bagian bawah reaktor sesuai yang ada pada gambar. Untuk
letak magnetic stirrer dipastikan terletak pada posisi off-center bucket.
5. Pasangkan Conductivity meter pada bucket untuk menghitung kadar garam (elektrolit) pada
reactor plug flow. Conducticity meternya itu dibaca dalam mikroSiemens dan miliSiemen.
6. Setelah langkah langkah tadi selesai, garam(NaCl) disuntikkan pada reactor lalu dijalankan
stopwatch.
4. PENUGASAN ( Pilih Salah Satu )
4.1 HRT Reaktor
Hydraulic Retention Time itu waktu rata-rata suatu senyawa yang mudah larut untuk tetap
berada di dalam reaktor.
1 Jam
1.5 Jam
0.5 Jam
Penugasan: Catatlah bacaan conductivity meter sesuai dengan penugasan Tentukan laju alir
influent dan effluent lalu tentukan Liquid Hold pada Reaktor. Tentukan waktu tinggal actual
di dalam reactor
Liquid hold-up dihitung dari perbandingan antara fraksi full liquid dan fraksi dua fasanya.
Kecepatan gelombang dihitung dengan menggunakan metode korelasi silang dari liquid holdup dua sensor yang berututan. Peningkatan kecepatan fluida cair akan sebanding dengan
meningkatnya liquid hold-up.
Tujuan mempelajari Tracer Experiment:
Untuk memperkirakan volume efektif dari masing-masing reactor DHS dalam dua
kondisi yaitu sebelum memulai (spons bersih) dan selama percobaan berlangsung (spons penuh
lumpur). Tracer experiment merupakan percobaan yang di lakukan dengan menginjeksikan
cairan inert (NaCl pekat) ke dalam aliran masuk dan konsentrasi tracer keluar akan terdeteksi
oleh conductivity detector dan terbaca.
PFR berfungsi untuk mereaksikan suatu reaktan dalam bentuk fluida dan mengubahnya
menjadi produk, mengalirkan fluida dalam pipa secara kontinyu. Hal ini dapat memungkinkan
reaksi dalam reaktor berlangsung cukup singkat. Sedangkan metode yang digunakan secara
kontinyu dengan kelengkapan baffle agar fluida menjadi turbulen.
Dalam praktikum ini digunakan material tracer berupa spons-spons kecil dengan cara
menginjeksikan sebanyak 10 mL cairan yang mengandung bahan inert yang mana dalam kasus
ini kita gunakan NaCl ke dalam reaktor PFR yang didalamnya telah terdapat terdapat module
sponger. Konsentrasi cairan tracer pada aliran keluar dideteksi dengan menggunakan
conductivity meter. Berdasarkan data yang diperoleh waktu tinggal teoritis, sehingga tingkat
penetrasi cairan ke dalam module spons dapat diprediksi dan persentase banyaknya air yang
terakumulasi di dalam modul (water hold-up volume) dapat diketahui. Untuk menentukan
waktu tinggal actual-5 dari cairan didalam reactor maka pada saat menggunakan conductivity
meter dan dilakukan pengulangan sebanyak dua kali. Berdasarkan hasil pengulangan tersebut
didapatkan lamanya waktu tinggal cairan didalam reaktor.
Waktu tinggal teoritis adalah waktu tinggal yang diberikan pada penugasan sedangkan
waktu tinggal yang diperoleh dari hasil perhitungan merupakan waktu tinggal aktual. Selain dari
perhitungan, waktu tinggal aktual dapat pula dilihat dari titik puncak grafik hubungan
konduktivitas tracer terhadap waktu.
Pengaruh:
1. Distribusi waktu tinggal atau residence time distribution adalah lamanya material
berada dalam sebuah reaktor. Waktu tinggal teoritis adalah waktu tinggal yang diberikan
pada penugasan sedangkan waktu tinggal yang diperoleh dari hasil perhitungan
merupakan waktu tinggal aktual. Selain dari perhitungan, waktu tinggal aktual dapat pula
dilihat dari titik puncak grafik hubungan konduktivitas tracer terhadap waktu.
A. Perbedaan laju alir mempengaruhi nilai konduktivitas. Selanjutnya nilai
konduktivitas tracer akan menurun akibat penurunan konsentrasi di dalam reactor hingga
mencapai konduktivitas air, pada Gambar 2.1 dapat dilihat juga ada long failing yang
terlihat, hal ini menunjukkan keberadaan dari dead zone atau zona mati.
B. Hold-Up volume merupakan banyaknya cairan yang terakumulasi di dalam reaktor.
Hold-Up volume merupkan persentase perbandingan waktu tinggal actual dengan waktu
tinggal teoritis (Levenspiel,1999). Terjadi peningkatan nilai hold up seiring
bertambahnya laju alir.
2. Bilangan dispersi adalah bilangan yang digunakan untuk mengetahui jenis aliran yang
ada dalam reaktor plug flow (PFR).
3. Tangki Berseri Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa nilai laju alir yang
besar akan menaikkan nilai N (Nilai Tangki berseri).
4. Fenomena dalam Reaktor. Fenomena-fenomena yang terjadi juga dapat dilihat dalam
kurva RTD yang dihasilkan. Nilai maksimum puncak kemudian secara konstan akan
menurun sampai konsentrasi awal. Maka bagian itu adalah short circuiting dan bila ada
pada kurva tartling mengindikasikan daerah yang dinamakan dead zone. Zona yang ga
kena. Jadi zat yang kita campurin di situ aja, di deadzonenya aja.
2.5 Down-flow Hanging Sponge Reactor Down-flow Hanging Sponge
(DHS) reactor merupakan salah satu sistem dalam mengolah air limbah domestik.
Penggunaan sistem reaktor DHS dikembangkan oleh Prof. Harada di Universitas Teknologi
Nagaoka, Jepang. Sistem ini didesain untuk diaplikasikan sebagai unit pengolahan air limbah di
negara berkembang, yang pada umumnya dibutuhkan sistem dengan biaya yang rendah dan
pengoperasian serta pemeliharaannya dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu, sistem ini
didesain untuk mengurangi produksi lumpur dari suatu sistem instalasi pengolahan air limbah.
Sistem ini pertama kali dipublikasikan secara internasional pada tahun 1997 (Agrawal et al.,
1997; Machdar et al., 1997 dalam Tandukar et al, 2006) dengan prinsip penggunaan spons
poliuretan sebagai media untuk menahan biomassa. Konsep dari penggunaan sistem ini mirip
dengan trickling filter, tetapi menggunakan materi yang terbuat dari spons. Spons poliuretan
menjadi media pendukung untuk berbagai mikroorganisme dengan menyediakan sel hunian lebih
lama, meningkatkan difusi udara ke dalam air limbah, serta mengurangi kebutuhan aerasi
eksternal, karenanya DHS tidak seperti kebanyakan sistem aerobik yang ada (Nurhadi, 2010).
Kelebihan endapan DHS dapat diabaikan selama SRT (Solid Retention Time)
memberikan waktu yang cukup untuk autolisis lumpur di dalam sistem itu sendiri. Kelebihan lain
sistem DHS walaupun minim pemeliharaan, tetapi menghasilkan kualitas effluent yang baik,
terutama yang berhubungan dengan senyawa organik dan penghilangan nitrogen. Kelebihan
utama sistem DHS adalah laju kolonisasi yang cepat dan padat, area permukaan materi spesifik
mencapai 2.400 m2 /m3 dan porositas 97%, proses yang stabil dan tidak membutuhkan aerasi
tambahan, produksi lumpur yang rendah, laju tahanan biomassa cukup untuk penerapan tahanan
yang tinggi.
Prinsip kerja sistem DHS hampir sama dengan sistem trickling filter. Media filter yang
digunakan adalah dengan menggunakan rangkaian spons yang terbuat dari bahan poliuretan yang
disusun secara seri sebagai media untuk menahan mikroba biomassa. Sesuai dengan namanya,
sistem ini bekerja dengan prinsip down-flow, dimana air limbah dialirkan dari bagian atas
reaktor, kemudian terolah oleh mikroorganisme yang terdapat atau tumbuh di permukaan media
spons pada saat air limbah tersebut mengalir melewati reaktor. Karena spons dalam reaktor DHS
menggantung secara bebas di udara, oksigen dapat terlarut secara alami ke dalam air limbah
ketika air mengalir ke bawah melewati reaktor, sehingga sistem ini tidak membutuhkan aerasi
atau input energi lainnya. Selain itu, reaktor DHS dapat menjadi penyokong tempat kehidupan
biomassa, baik di dalam spons maupun di bagian permukaan. Hal ini tentu akan mengurangi
jumlah lumpur yang dihasilkan pada akhir pengolahan (Machdar et al., 2000; Tandukar et al.,
2005; Uemura et al., 2002).
Tabung reaktor digunakan hanya untuk menjaga agar tidak terjadi kontaminasi dengan
debu atau partikulat lainnya. Salah satu keuntungan ekonomis dari sistem ini yaitu tidak
diperlukannya aerasi tambahan, sehinga pembiayaan energi dapat ditekan.
Media spons yang digunakan berfungsi sebagai penghalang yang selektif karena media
spons hanya dapat melewatkan komponen tertentu, sementara yang lain akan tertahan di dalam
media. Pemisahan material yang terjadi dalam media spons didasarkan pada perbedaan ukuran
dan bentuk molekul padatan yang terkandung di dalam air limbah maupun yang terjadi akibat
proses penguraian di dalam sistem. Molekul padatan yang lebih besar dari pada pori-pori spons
akan tertahan, sedangkan komponen dengan ukuran yang lebih kecil akan mengalir melewati
media spons.
Dalam sistem ini, tekanan yang diberikan dari aliran air limbah akan menggerakan air ke
seluruh bagian pori-pori spons. Air limbah yang dialirkan melewati media spons berbentuk
kubus dengan ukuran 2 x 2 cm dan digantung secara vertikal merupakan aliran yang relatif baik
karena terjadinya aliran silang. Tipe aliran umpan yang terjadi selama proses filtrasi dapat berupa
aliran melintas (dead-end) maupun aliran silang (cross-flow) (Michaels, 1989). Menurut
Rahmayetty dkk., tipe aliran umpan yang baik dalam bioreaktor yaitu tipe aliran silang. Dalam
pengoperasian aliran silang, air dialirkan tegak lurus arah perpindahan massa pada media.
Tekanan menggerakan hanya sebagian dari air limbah melalui media spons, sisa aliran air
mengalir secara tangensial ke permukaan media dan secara kontinyu menyapu partikel yang
terdapat pada permukaan media. Dengan aliran silang ini, maka partikel yang terakumulasi pada
permukaan media dapat terlepas dari permukaan media tersebut karena adanya kecepatan dan
tekanan aliran yang terjadi.
2.5.3 Kelebihan Reaktor DHS
Penggunaan reaktor DHS dalam unit pengolahan air limbah mempunyai beberapa
kelebihan, antara lain:
1. Reaktor DHS merupakan unit biofilter dimana dalam satu unit terjadi dua pengolahan
sekaligus yang terjadi, yaitu secara fisik dan biologis.
2. Tidak dibutuhkan proses aerasi tambahan, sehingga energi yang dibutuhkan akan
menjadi lebih sedikit.
3. Lumpur yang dihasilkan sedikit. Bila dibandingkan dengan proses lumpur aktif,
penggunaan reaktor ini akan menghasilkan lumpur yang lebih sedikit. Hal ini disebabkan oleh
adanya proses biofilm rantai makanan yang lebih panjang dan melibatkan aktifitas
mikroorganisme.
4. Tidak berpengaruh signifikan akibat adanya beban kejut, sehingga dapat digunakan
untuk pengolahan air limbah dengan konsentrasi rendah maupun konsentrasi tinggi.
5. Spons yang digunakan dalam reaktor berfungsi sebagai media filter dan juga tempat
hidup mikroorganisme.
6. Proses nitrifikasi dan denitrifikasi terjadi secara bersamaan.
7. Pengoperasiannya mudah dan biaya yang diperlukan tidak terlalu besar, sehingga
penggunaan reaktor ini dapat dan baik digunakan oleh negara berkembang.
STUDI KASUS PABRIK AMMONIA
Reaktor DHS dapat mengurangi konsentrasi ammonia dalam air limbah dengan lebih
mudah dikarenakan di dalam sistem biofilm terjadi kondisi aerobik dan anaerobik secara
bersamaan. Mekanisme yang terjadi yaitu pada kondisi aerobik nitrogen ammonium akan diubah
menjadi nitrit dan nitrat dan pada kondisi anaerobik terjadi proses denitrifikasi dimana nitrat
yang terbentuk diubah menjadi gas nitrogen.
Mekanisme penerapan nya di industri
Air limbah yang dihasilkan dialirkan ke dalam bak pengumpul lalu dialirkan ke unit grit
chamber untuk memisahkan partikel-partikel anorganik inert yang berukuran relatif besar. Unit
ini penting untuk melindungi alat-alat pengolahan mekanis dan menjaga pompa dari kerusakan
serta mencegah terjadinya penyumbatan pada pipa. Setelah melewati unit grit chamber, air
limbah kemudian dipompa menuju tangki sedimentasi. Tangki sedimentasi merupakan bagian
dari unit pengolahan air limbah yang digunakan untuk melangsungkan pemisahan kandungan zat
padat dengan liquid dengan menggunakan gaya gravitasi dengan tujuan menyisihkan kandungan
zat padat tersuspensi dalam air limbah. Setelah melewati tahap sedimentasi, air limbah kemudian
dialirkan ke dalam reaktor DHS dengan menggunakan pipa orifice yang didesain berputar agar
seluruh media spons yang digunakan terkena aliran air limbah dan tidak ada media yang kering.
Effluent yang keluar dari unit pengolahan ini diharapkan sudah dapat memenuhi baku mutu air
buangan yang ditentukan.